101
TIPS HEMAT UNTUK MAHASISWA JOGJA
1. Tips
Menentukan Kendaraan yang Dipakai
Dalam
hal berkendara, mahasiswa sebaiknya lebih megutamakan memakai sepeda dari pada
naik motor. Jogja kini mulai macet (walau tak separah macetnya Jakarta). Banyak
kendaraan bermotor di jalanan membuat polusi udara dan polusi suara. Jika kamu
sering naik motor, berarti kamu sering menyumbangkan polusi dan ikut membuat
kota jadi macet. Hehe.
Boleh
lah naik motor untuk bepergian jarak jauh. Kalau jarak dekat, ya naik sepeda
saja. Keuntungan naik sepeda, kita bisa sekaligus olahraga dan jika parkir tidak
perlu bayar. Berbeda dengan naik motor yang biasa dikenakan tarif parkir dari
Rp. 1.000 – Rp. 3.000. Seandainya sehari kamu parkir Rp. 3.000, dalam sebulan
kamu keluar uang Rp. 90.000.
Seandainya
sehari naik motor habis bensin Rp. 4.000, maka pengeluaran bensin sebulan sebesar
Rp. 120.000. Bensin dan parkir motor sebulan Rp. 210.000. Kali setahun sama
dengan Rp. 2.520.000 (dua juta lima ratus dua puluh ribu rupiah). Kalau
dihitung-hitung, duit segitu bisa buat bayar kos satu tahun di daerah sekitar
UIN Suka (Sapen, Gowok dan Papringan). Kosku, misalnya, di gang Sawit Ngentak
Sapen, setahun cuma Rp 2 juta.
Untuk mobilitas di sekitar kampus, usahakan
naik sepeda atau cukup jalan kaki. Misal kamu dari fakultas mau ke Perpustakaan,
mau ke Student Center, mau ke Kopma, mau ke Pusat Bahasa, dsb. Paling gerak cuma
100-500 meter, jalan kaki lebih sehat dan bisa buat bakar lemak. Haha. Jangan
borosan banget, dikit-dikit naik motor. Sayangi lingkungan kampus dengan
meminimalisir asap kendaraan bermotor, lah.
Jika
memang perlu gerak cepat, ya bisa lari. Lari perlu lho, yang penting tidak lari
dari kenyataan. Kenyataan jomblo, misalnya. Ups! “Aku tidak bakat lari,”
katamu. Kalau kamu bukan perempuan, berarti itu cuma alasan yang dibuat-buat.
Tidak apa. Bisa lah, pinjam sepeda onthel temanmu. Agak ribet ya? Ya, tak apa.
Anggap saja, ini untuk menjalin kedekatan interaksi antar teman. Saling join
gitu.
Hal menarik
tentang sepeda kampus sudah terlaksana di UGM. Beberapa kali aku main ke sana,
lihat, di sana banyak sepeda yang disediakan kampus untuk dipakai gratis para
civitas akademika kampus. Cuma dipakai di kampus lho, ya. Bukan buat dibawa
pulang dan dikandangin di rumah. Hehe. Eh, tapi aku pernah lihat juga, beberapa
mahasiswa UGM juga pakai sepeda kampus untuk pergi ke toko buku (sistemnya,
mereka lapor dulu ke petugas yang menangani bagian itu).
Lalu,
jika akan pergi ke suatu tempat bareng-bareng teman: jangan boros bawa motor. Misalnya
mau nge-AC ke Lippo Plazza, nonton bioskop yang murah, main ke perpustakaan
kota, diskusi di warung kopi, seminar di kampus tetangga, makan di angkringan, dsb.
Kalau bareng-bareng berangkatnya, dua anak cukup satu motor. Bila perlu, tiga
anak satu motor, kalau temanmu kurus-kurus dan jika itu tidak dianggap sebagai
tindakan pelanggaran, ya. Haha.
“Loe
ngomong aja, gampang! Praktekin sendiri, dong!,” katamu protes. Duh, duh. Anggap
saja ini, sharing, kawan. Haha. Aku sudah biasa jalan ke tempat-tempat radius jauh-dekat
cukup naik sepeda. Misalnya, main ke toko buku SAB Ambarukmo, aku cukup gowes.
Tidak perlu bayar parkir. Hemat!
Pernah
pula aku mau main ke bioskop (satu tahun yang lalu) sama seseorang (bukan laki,
lho). Kalau dia mau, aku mau ajak dia naik sepeda, kalau perlu dia bonceng aja.
Biar? Biar sepedanya jalannya jadi pelan, kan jadi agak romantis gitu.
Kebersamaan kita di jalan jadi terasa lebih lama dan kita bisa ngobrol dari
hati-ke-hati lebih lama. Meski harus keluar energi buat gowes, tak apa. Yang
penting ada teman penyemangat. Peluh yang menetes dari dahi dan pipi akan
tersapu segar oleh sepoi angin sore. Eh, tapi dia udah duluan berangkat,
langsung ke tempat, naik motor. Hoho.
(Bersambung ke Tips kedua, ketiga dst)
Jogja,
16 Desember 2016
0 komentar:
Posting Komentar