Beasiswa Studi ke Luar Negeri
Oleh Amin Sahri
Aku punya adik enam. Adik pertama (Amanah) dan
kedua (Hari) hanya disekolahkan sampai lulus SMP. Kendala biaya yang jadi
sebabnya. Adikku yang ketiga (Anam) nasib studinya lebih baik. Anam sempat
vakum studi satu tahun setelah lulus SMP. Menjalani masa libur panjang itu ia
bekerja sebagai loper koran. Keberuntungan sedang memihaknya, saat masuk SMA ia
mendapat beasiswa sampai dari Ketua Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pusat,
Taufan Eko. Adik keempatku Rofi, kelima Nia, keenam Faiq.
Tahun ajaran baru ini Anam telah diterima di SMA
Negeri 1 Cilacap (SMA terfavorit di kota kami). Ia alumuni SMP Negeri 1
Kawunganten. Seingatku, dari semester 1 sampai 5 ia hanya mampu meraih rangking
2 di kelas. Sebagai kakak kandung, aku pun kerap memotivasi dan mengarahkannnya
dalam belajar—dengan caraku yang “agak keras”.
Memasuki semester 6, aku membelikannya buku
persiapan menghadapi Ujian Nasional yang terbaik. Aku pun mengarahkannya
bagaimana cara belajar efektif, memberikan petunjuk untuk“menggunakan” dan
“menggarap” soal-soal yang ada di buku tersebut. Aku juga berjanji pada adikku
yang meraih rangking terbaik akan diberikan hadiah.
Saat pengumuman kelulusan, Anam berhasil
menduduki peringkat 1 di kelasnya dan rangking 3 paralel dari 7 kelas yang ada.
Sebelum mendaftar dan diterima di SMA Negeri 1 Cilacap ia mau kerja jadi loper
(aih, aku jadi teringat lagunya Iwan Fals: Sore Hari di Tugu Pancoran). Aku
membimbing dan mengarahkannya. Mungkin ia tak “setegar” Budi yang
dideskripsikan Iwan Fals namun aku salut padanya. Pagi sampai siang ia meloper.
Sempat beberapa bulan pada sore harinya ia kerja di toko perlengkapan olahraga.
Pernah juga, seusai meloper ia jualan es degan. Itu atas inisatifnya sendiri.
Kini aku akan membimbingnya menjadi siswa yang
paling berprestasi di sekolahnya. Baik diakademik maupun non-akademik. Aku
yakin ia punya potensi itu. Agar potensinya “termanfaatkan”, tereksplor secara
maksimal maka aku akan terus mengarahkannya dan memberikan saran-saran
progresif. Aku bertindak sebagai “pelatihnya”.
***
Aku akan “mengawalnya” agar ia selalu berada di jalur kesuksesan
studi, lulus SMA dengan prestasi yang membanggakan dan diterima di Perguruan
Tinggi Negeri terbaik dengan beasiswa. Lalu, sukses mendapat beasiswa studi ke
luar negeri. Sejarah itu harus diciptakan. Harus ada warga desa kecil di ujung
selatan kecamatan Kawunganten yang bisa dan sukses studi di luar negeri. Kita
musti bertindak progresif. Semoga ini menjadi inspirasi agar ke luar negeri
bukan hanya bisa ditempuh dengan mendaftar sebagai TKI. Semoga banyak pemuda
desa kecil bernama Babakan yang bisa menempuh studi sampai ke luar negeri.
Setelah pulang mereka akan membangun dan memakmurkan desanya. Seperti Bung
Hatta dkk yang studinya sampai ke daratan Eropa, pulangnya mereka
“memerdekakan” Indonesia. Membangun dan memajukan Indonesia.
Sampai di sini barangkali ada tetanggaku yang
setuju dengan pemikiranku. Mungkin ada juga yang sempat tertawa atas mimpiku
yang kelewat batas: wong neng ndesa umahmu be arep rubuh koh koe nggedebrus.
Hahah. Apapun responnya, akan aku terima dengan “terima kasih”. Keadaan separah
apapun tak kan menghentikan obsesi dan ambisiku. Perlahan-lahan aku konkritkan
targetku.
***
Aku akan “mengawal” agar adikku selalu berada di jalur kesuksesan studi, lulus SMA dengan prestasi yang membanggakan dan diterima di Perguruan Tinggi Negeri terbaik dengan beasiswa. Lalu, sukses mendapat beasiswa studi ke luar negeri. Aku mengajaknya agar ia bisa menjadi seorang yang visioner. Punya target, aksi nyata, bertindak progresif dan berfikir futuristik. Aku giring dia untuk membaca karya-karya berkualitas, semisal trilogi Negeri 5 Menara. Aku transferkan pengalaman dan hal-ihwal tentang masa-masa di SMA dan kuliahan. Aku arahkan ia agar “mengenal” teman-temanku yang berprestasi. Teman-temanku di sosial media yang punya banyak prestasi dan keahlian aku pantau sejak SMP, SMA dan masuk kuliah aku pahami pemikirannya, tindakannya dan kekreatifannya lalu aku transferkan ke benak adikku. Aku yakin semua akan berujung sukses.
Tuhan, inilah bagian dari proposal hidup kami.
Kami akan memperjuangkannya. Tolong di-ACC ya. Terima kasih. (*)
Jogja, 15 Juli 2014
0 komentar:
Posting Komentar