RSS

Tentang Amin Sahri



Ia saat ini tercatat sebagai mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, konsentrasi Jurnalistik. Pemuda kelahiran Cilacap ini pernah berhenti sekolah dua kali. Selepas lulus SMP bekerja di toko mainan anak dan lulus SMA bekerja sebagai loper koran. Dari awal menjadi mahasiswa sampai semester enam ia membiayi sendiri semua biaya kuliah dan biaya hidup di Yogyakarta. Selain kuliah, ia menyambi binis jualan buku via online. Ia memiliki belasan reseller dan kini dalam sebulan bisa menjual buku sampai 1.500 eksemplar. Baginya terjun di dunia bisnis buku merupakan bagian dari ikut andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa (dengan mendistribusikan buku-buku berkualitas ke pelosok negeri). Pelanggan bukunya tersebar ke bebargai daerah di Indonesia, bahkan luar negeri. Ia telah mengirim paket buku sampai ke Singapura, Hongkong dan Taiwan. Sepak terjangnya sebagai pebisnis buku telah diliput Net TV, Harian Kedaulatan Rakyat, Tribun Jogja, portal brilio.net, wajahkota.com, edupost.id, dll.
            Di kampusnya, ia tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Bukit dan Komunitas Spasi (Sharing Pengembangan Komunikasi). Ia aktif juga dalam kegiatan Yayasan Taman Karunia, sebuah yayasan yang memberikan support kepada anak-anak di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren. Kadang ia memenuhi undangan dari instansi dan komunitas untuk berbagi pengalaman kepenulisan dan kewirausahaan. Tulisan-tulisannya berupa puisi, cerpen, artikel, resensi dan berita pernah dimuat  di Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Kompas, Horison, CampusMagz, Story, Satelit Post, Radar Banyumas, dll. Ia menulis buku bersama temannya dan akan segera terbit (14 Februari 2016) berjudul Menembus Batas (antologi kisah inspiratif) dan Jika Hidup Sesederhana Partikel Atom (antologi cerpen cinta).
            Prestasi yang pernah ia raih yaitu Juara II Lomba Puisi Pro 2 Jogja (November 2014) dan Juara Harapan II Lomba Reportase Sepak Bola tingkat DIY dalam rangka Jambore Siaran Nasional (April, 2015). Untuk keperluan sharing atau diskusi dengan Amin Sahri bisa mengubungi: 089615671902 (CP/WA), amriops@gmail.com, 579887DF (Pin BBM) dan @madu_rindu (Instagram).

Berbagi Pengalaman Jualan Buku via Online #1

Sudah hampir tiga tahun saya berkecimpung di dunia jualan buku via online. Omzet* yang saya raih per bulan mencapai Rp. 40 juta. Profit bersih sekitar 10%. Pencapaian saya saat ini tentu tidak instan, namun melalui proses panjang dan perjuangan yang tak kenal lelah. Sepak terjang saya sebagi pelaku bisnis buku online telah diliput Net TV, Kedaulatan Rakyat, Tribun Jogja, portal brilio.net, wajahkota.com, DLL. Saya akan berbagi pengalaman selama berjualan buku... dan nanti akan berbagi tips sukses jualan buku lewat sosial media (akan saya psting di blog).
Oktober 2012 saya sudah mulai jualan buku via online, lebih khusus lagi via Facebook. Saat itu saya kerja sebagai loper koran. Kebetulan agen koran saya juga punya toko buku. Karena suka baca, saya pun tertarik dengan buku-buku yang tiap hari aku lihat di rak atau display toko. Kadang saya menyempatkan waktu untuk melihat dan mengamati buku-buku. Buku yang sekiranya menarik, saya potret cover-nya untuk kemudian saya tawarkan kepada teman-teman lewat FB.
            Kamera HP-ku waktu itu kurang bagus (kalau ga salah HP Smartfren harga 250.000). Wajar, promosi yang saya lakukan masih sangat jarang dapat respon. Pernah pula foto cover buku itu hanya saya download, sinopsis juga saya copy-paste, namun hasil promosi juga belum membuahkan hasil. Media saya untuk promosi waktu itu lewat online di HP dan warnet. Pernah juga promosi buku lewat SMS dan kirim ke banyak nomor yang ada di kontak. Saat itu saya sangat telaten melakukan promosi buku. Perkara yang minat beli amat sangat sedikit: tidak saya hiraukan. Sebab saya menjalani aktivitas ini atas dasar suka, bukan semata cari keuntungan.
            Saya melakukan promosi buku dengan upload foto (kadang tag beberapa teman) lalu saya share di banyak grup jual beli, paling sering di grup “Jual Beli Cilacap” (karena saya tinggal di Cilacap waktu itu). Saya benar-benar masih ‘meraba-raba’ soal jualan buku di FB. Saya yang suka baca dan menulis, saya bergabung juga di grup-grup FB komunitas penulis. Kadang saya promosi di grup-grup itu. Saya gabung di grup “Jual Buku Seni dan Budaya”, saya promosi di situ juga. Setelah saya cukup gencar berpromosi, ada beberapa orang yang tanya-tanya buku. Sebagian ada yang fix beli, lalu mereka transfer, ada pula yang bayar saat ketemuan (COD).
            Saat jadi mahasiswa baru di UIN Suka (Agustus 2013) saya juga masih berjualan buku via online. Kadang online di HP bututku, di warnet, di laptop teman (pinjam), bahkan di kompter perpustakaan kampus. Ribet memang, namun saya melakukannya dengan telaten dan penuh kesabaran diirangi rasa optimistis. Saya mempromosikan banyak genre buku: novel, agama, motivasi, bisnis, DLL. Saya juga mempromosikan buku-buku UN SMA, buku SBMPTN. Untuk mempromosikan buku UN SMA dan SBMPTN tentu harus bergabung ke banyak Grup FB yang berkaitan dengan itu. Saya mempromosikan buku ini atas dasar pengalaman saya lolos SBMPTN juga karena belajar lewat buku-buku Soal-Soal SBMPTN. Selain itu, ada niat saya ‘sedikit’ membantu siswa-siswa yang ingin belajar dan ingin lolos masuk PTN namun tidak punya uang untuk ikut Bimbel.
            Saya juga mulai bergabung ke banyak grup FB yang lebih tertarget untuk jualan buku, seperti “Jual Beli Buku Online”, “Jual Beli Buku-Buku Langka”, “Bursa Buku, Komik dan Novel”, DLL. Di Jogja ada banyak toko buku, hampir tiap hari saya bermain ke toko buku. Enaknya di Jogja (daripada di Cilacap), dekat dengan penerbit-penerbit, ada banyak toko buku, bukunya lebih beragam, lebih update dan diskonnya lebih besar. Tiap main ke toko buku aku potret dengan HP-ku yang resolusi kameranya rendah (jelek). Kadang, saya siasati dengan pinjam kamera digital teman, nanti dipindah ke flashdisk-ku. Kadang buku itu (yang pasti/sudah laku) saya bawa ke kampus, saya minta teman untuk memfotokan dan meminta dia meng-upoad-kan ke FB.
            Semakin hari pelanggan buku semakin bertambah. Saat semester satu saya mendapat tiga reseller (kini, saat semeter 6, sudah punya belasan reseller). Semester satu saya ambil buku-buku UN SMA, SBMPTN, SIMAK-UI & UM UGM, TPA, Seleksi TNI-POLRI, STAN-STIS di penerbit langsung. Jarak dengan kampusku cukup jauh, jadi untuk ke sana saya harus pinjam motor teman. Namun pernah suatu ketika saya nekat berangkat dengan sepeda onta, sebab pinjam motor ke mana-mana tidak dapat.
            Di Jogja sering juga ada acara pameran buku. Saya kerap juga mendatangi pameran buku. Di pameran biasanya ada buku-buku bagus, langka, dan buku obral. Saya datang ke pameran, saya pilih-pilih (beli sedikit dan banyak foto-foto) untuk dipromosikan di FB. Biasanya buku-buku bagus dari pameran saya jual juga dengan harga yang relatif murah sehingga ini akan mendatangkan pelanggan-pelannggan baru (sebgian dari mereka nantinya menjadi pelanggan loyal).
            Saat semester dua, saya bisa membeli HP android dan laptop. Tentu ini karena hasil keuntungan jualan buku yang lumayan. Saya telah melewati masa-masa promosi buku sampai ribuan kali namun lebih banyak diabaikan orang. Kini, tanpa promosi pun, tiap hari selalu ada orang yang tanya dan pesan buku. Kini, dalam sebulan saya bisa menjual buku mencapai lebih dari 1.000 eksemplar. Bahkan, saya telah berhasil mengirim buku ke Singapura, Taiwan dan Hongkong.
            Saat semester tiga, baru media promosi saya merambah ke BBM. Semester lima merambah ke Instagram (Line, BukaLapak dan Tokopedia belum saya coba sama sekali). Kedua media ini (BBM dan Instagram) juga lumayan banyak menghasilkan closing (penjualan).
            Saat semester tiga, saya mendapat beberapa reseller yang sangat produktif menjual buku. Salah satunya M, dia orang Makassar. Dalam sehari dia bisa laku 10-15 buku. Setelah saya tanya, dia menjawab promosi buku yang dia lakukan foksunya di Twitter dan Line. Jualannya bisa laris karena dia punya follower ratusan ribu. Postingan-postingannya ‘beraroma’ sastra dan bagus, maka banyak orang yang tertarik dan mengikutinya. Manakala dia membuat postingan promosi buku, responnya pun sangat luar biasa. Pelanggan-pelanggannya yang pesan buku dioper ke saya, saya yang bagian pengiriman. Saya amati dia juga melakukan promosi di website dan Fanspage FB. Dalam pesannya di WA, dia mengucapkan terima kasih kepada saya bahwa dengan kerja sama dengan saya dia telah berhasil membeli dua HP android.
            Lewat jualan buku ini, alhamdulillah, saya bisa membiayai kuliah dan biaya hidup sehari-hari di Jogja. Saya juga bisa ‘sedikit’ membantu orangtua dan membiayi sekolah adik saya di SMA. Saya bisa juga membelikan buku-buku bacaan/pelajaran untuk empat adik saya (dua adik lagi jarang saya belikan buku karena dia sudah kerja). Kadang saya juga menghadiahi buku-buku untuk keponakan-keponakan, teman-teman, adik-adik di TPA , di Pondok Pesantren dan adik-adik di Panti Asuhan. (bersambung).
***

*Omzet, dalam KBBI berarti jumlah uang hasil penjualan barang (dagangan) tertentu selama suatu masa.

Misalnya, dalam seminggu Anda menjual 100 barang seharga 50.000, artinya omzet Anda seminggu 5.000.000.

Harapan dan Konsekuensi Cinta

Maafkanlah aku yang telah mencintaimu. Bila ini lancang; bilanglah. Aku akan memanajemen ulang sikap dan perasaanku. Bukan berarti aku akan berbalik membencimu. Setiap manusia sudah semestinya saling mencintai. Namun semua ada batasannya. Aku mencintaimu sebatas sahabat bila tak boleh lebih mencintai sampai tingkat 'kita saling memiliki'. Ada sepotong kalimat yang berbisik dari bilik hatiku, "Aku tak bisa membohongi diri sendiri bahwa hatiku telah memilihmu." Ada yang menyahut, "Ah, pernyataan tadi sepertinya jujur. Namun hati itu selalu mudah goyah. Hati mudah diombang-ambingkan oleh situasi. Apakah keyakinanmu sudah benar? Atau nanti pernyataan hatimu bisa menjadi kadaluarsa?"

Ya, aku memang berharap. Namun harapan yang tak bersambut kerap menorehkan kecewa. Karena soal klasik ini, aku siap untuk tidak kecewa. Aku berharap, namun tidak memaksa. Aku mencintaimu dengan istimewa. Aku pun berharap kau memiliki rasa yang sama. Bila tidak, aku tak memaksa, aku tak kecewa. Aku selalu berusaha ikhlas menyikapi problema hidup ini. Pada hati yang ikhlas ada ketenangan, kedamaian dan kebahagian yang memukau.

Kau bahagia dengan pilihanmu, aku rela. Aku tak boleh iri. Aku tak kan membenci keputusanmu yang wajar. Membenci sama saja menyakiti diri sendiri. Berusaha merusak harmonisasi kehidupanmu berarti aku sedang merusak hidupku—yang sebenarnya bisa berjalan lebih indah. Kalaupun wajar membenci, tak kan kulakukan. Membenci seperti halnya mengiris-iris hati sendiri. Terluka dan sakit sendiri sementara yang dibenci tak merasakan. Aku mencintaimu, meski kau pernah tahu(?) Aku tak peduli. Biarkan alam-semesta yang membahasakan perasaanku padamu, biarkan ia yang mengabarkan pesan hatiku. Ia pasti jujur. Ia pasti bisa lebih dipercaya dan meyakinkan dari kata-kataku.
***


Jogja, 26-27 Agustus 2014
Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 Menulis dan Mengekalkan Kenangan All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates