RSS

Kuliah Sambil Bisnis (Online)

Kuliah Sambil Bisnis (Online)

Aku bukan anak orang kaya tapi aku sangat ingin kuliah. Dengan kuliah aku yakin kelak masa depanku akan cerah. Untuk bisa kuliah dan survive di kota tentu membutuhkan biaya yang tak sedikit. Orangtuaku yang nyaris tiap hari ditagih utang tentu akan semakin keberatan bila memikirkan dan ikut membayar biaya kuliahku. Aku sangat paham dan sadar. Aku sudah besar; sudah dewasa. Aku harus mandiri dan bisa cari uang sendiri.

Bagi mahasiswa dari keluarga miskin (sepertiku, yang sama sekali tidak dapat kiriman uang dari orangtua) jika ingin bertahan kuliah dari awal sampai akhir, ia bisa menempuh banyak alternatif cara. Saat ini aku sebutkan dua alternatif cara saja. Pertama, ia mesti dapat beasiswa (dengan cara yang 'fair'). Salah satunya beasiswa Bidikmisi (dan masih banyak jenis beasiswa yang lain). Bagi mahasiswa penerima beasiswa, ia bisa juga menambah penghasilan dengan bekerja part time, misalnya dengan menjadi pengajar les siswa SD/SMP/SMA.

Cara kedua, mahasiswa mesti berbisnis/jualan/berniaga/berdagang. Kata orang bijak, 9 dari 10 pintu rezeki itu lewat jalur berdagang. Nah, saat itu statusku adalah mahasiswa miskin plus bukan penerima beasiswa. Maka untuk bisa survive aku membuat keputusan jualan sebagai jalan mencari rezeki. Aku memutus urat malu dan membuang rasa gengsi. Pernah aku jualan nasi rames, jualan gorengan, jualan kaos kaki dan jualan buku.

Dari bermacam-macam jenis jualan yang telah aku lakukan, ternyata rezekiku mengalir (makin) deras lewat jualan buku. Aku jualan buku (via online) karena aku suka dunia buku (dan tentu suka membaca). Ekspektasi awal jualan buku itu sebagai upaya untuk bertahan hidup. Dan yang paling penting, aku senang menjalaninya. Jadi saat awal jualan buku sepi pembeli aku tak kecewa. Saat sudah berkali-kali promosi namun nyaris tak ada respon, aku tidak frustasi.

Di tengah beberapa kendala dan keterbatasan alat, aku tetap tekun membangun usaha jualan buku. Untuk online, aku mengandalkan HP butut seharga 200-an ribu. Kadang online di warnet, pinjam laptop teman, atau pakai komputer di perpustakaan. Untuk mengambil buku di penerbit/agen/toko, aku memakai sepeda onthel. Nyaris tiap hari mengelilingi Kota Jogja. Bolak-balik ambil buku, kena terik ataupun rintik hujan/gerimis. Jika waktu mepet, banyak kegiatan dan banyak buku yang mesti diambil, baru aku coba pinjam motor teman.

Perjuangan demi perjuangan lama-lama membuahkan hasil manis dan memuaskan. Pelanggan terus bertambah, reseller mulai berdatangan, kepercayaan terus meningkat. Yang semula nyaris aku promosi tiada henti tiap hari (namun respon masih 'memprihatinkan'), kini pelanggan yang seperti terus mengejar-ngejarku. Pesanan buku terus berdatangan, pemesan ada yang dari Jogja, Solo, Semarang, Cilacap, Banda Aceh, Medan, Jakarta, Tangerang, Malang, Surabaya, Pontianak, Makassar, Mataram, Ternate, Jayapura, Dll. Bahkan ada pula yang dari Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, Hong Kong, Dll.

Aku bersyukur telah punya ribuan pelanggan (dari penjaringan via Facebook, Instagram, BBM, dan MLM/Marketing Lewat Mulut/Direkomendasikan oleh pelanggan). Selain itu aku juga membersamai 50-an reseller reguler dan reseller freelance. Kondisi sudah seperti ini, hal positif sudah bisa didapat. Di sisi lain, ini juga memunculkan ujian baru. Karena banyak request dan order yang masuk, ini bisa mengurangi waktu untuk garap tugas kuliah, sering lembur kerjaan dan sering telat masuk kuliah.

Sebenarnya aku adalah contoh pebisnis online yang belum sukses dan masih amburadul. Aku paparkan pengalamanku sebagai bahan evaluasi diriku pribadi dan  agar adik-adikku/teman-temanku bisa ikut 'melihat' lalu ia bisa melangkah lebih baik. (Untuk adik-adikku, sebaiknya belajar yang giat, raih nilai dan prestasi terbaik di SMA, biar bisa kuliah dengan beasiswa, sebab orangtuamu sedang tak punya uang untuk menguliahkanmu).

Jika teman-teman adalah mahasiswa yang terjun di dunia bisnis online, entah di bidang buku atau bidang yang lain, lalu kelak bisnis online-nya maju pesat, 'berhati-hatilah'. Ada kemungkinan nanti HP android-mu dihubungi banyak klien di sembarang waktu: pas kuliah, waktu kerja kelompok, sore, malam, dini hari, hari Senin, Jumat, Minggu, dan tanggal hitam ataupun merah. Belum lagi nanti 'diintervensi' banyak klien dengan beragam karakter. Biar bisnis tetap jalan dan kuliah tidak berantakan, maka harus dibuat sistem yang baik, harus dimanajemen dengan baik.

Contoh kasusnya bisnis online buku yang aku tangani ini. Pertama, aku harus gigih dalam membesarkan bisnis online. Setelah bisnis online ini besar dan berkembang pesat, aku harus rajin juga mengedukasi pelanggan. Misalnya diinfokan jam-jam pelayanan, cara order buku, Dll. Aku juga mesti membuat peraturan untuk reseller reguler dan reseller freelance. Aku mesti membuat pedoman kerja, sharing materi, Dll.

Contoh kecil dan teknis yang mesti diterapkan misalnya dengan membuat jadwal layanan pelanggan, misalnya: Senin-Jumat, pukul 09.00 - 20.00. Jika ada pelanggan menghubungi diluar jam tersebut, maka ditangguhkan untuk jam kerja berikutnya. Problem selanjutnya, saat kita sedang diskusi online dengan teman kampus atau kepentingan lainnya, tetiba kita di ping-ping/chat-chat pelanggan, kadang kita jadi merespon pelanggan (makan waktu lagi). Misalnya saat hari Minggu kita ingin rehat, eh ternyata masih banyak pelanggan yang ping-ping/chat-chat, kadang kita jadi merespon dan tidak jadi rehat (padahal dalam seminggu kita perlu libur untuk rehat, atau ikut kegiatan yang menambah 'skill' kita di bidang penting yang lain). Mengatasi problem ini, kita bisa coba dengan memakai 2 HP android. HP 1 khusus untuk bisnis (hubungan dengan pelanggan dan reseller), HP 1 nya lagi khusus privasi (untuk hubungan dengan teman kampus, keluarga, DLL). Biar urusan bisnis tak menggangu kepentingan kuliah dan tak memotong waktu rehat, HP bisnis datanya di off kan dulu, nyalakan saja HP privasi (atau kau bisa mengatur lebih baik lagi, sesuai dengan 'kelebihan' dan 'karakter' mu). Bisnis yang sudah berkembang baik, mesti disolidkan dengan membangun tim. Ajak teman kerja sama. Misalnya, ada teman yang bagian packing, bagian ambil/kirim barang, bagian admin (silakan sesuaikan dengan kebutuhan).

Soal keuangan, kita perlu membuat kategori nomor rekening. Ada rekening bisnis dan rekening tabungan. Jangan sampai bisnis kelihatan laris manis, tapi pemasukan seperti sedikit sekali, seperti tak bisa menabung. Rekening bisnis merupakan arus keluar masuk uang transfer dari pelanggan dan uang untuk kulakan buku. Kita fokuskan untuk kulakan buku yang laris dan cepat laku. Sehingga uang cepat berputar. Kalau kita 'kurang tepat' dan 'kurang cermat' kulakan buku bisa jadi buku itu lakunya lambat dan uang 'membeku'--tidak berkembang, sehingga pemasukannya juga lama (padahal kan kalau cepat bisa untuk modal dan keuntungan lebih besar serta 'terlihat'). Misal kita menabung sebulan 2 juta. Uang tabungan itu jangan sampai di otak-atik, sekalipun ada orang yang mau utang. Orang yang mau utang, kita ambilkan dari dompet kita atau dari rekening bisnis. Biasanya orang yang kelihatan bisnisnya laris juga akan sering didatangi teman, teman itu akan bilang utang. Saya termasuk orang yang tidak tegaan kalau ada orang bilang utang. Tapi imbasnya, ada beberapa teman utang balikinnya lama (padahal kita butuh modal segera untuk memperlancar arus bisnis). Bahkan, ada beberapa teman yang satu-dua tahun lebih belum juga mengembalikan. Kesalahanku waktu itu, aku menarik uang tabungan untuk meminjami teman. Padahal kalau rekening bisnis atau dompet sedang pas-pasan lebih baik jawab belum ada uang/uang lagi buat kulakan buku. Kesalahanku berikutnya, aku tidak konsisten mengisi rekening tabungan jadi penghitungan uang pemasukan per bulannya jadi buyar, uang hasil dagangan seperti entah pada lari ke mana. Oya, sejauh pengalamanku, pelanggan paling banyak memakai rekening BRI. Jadi kita perlu punya rekening BRI. Kadang ada pula pelanggan yang tidak jadi beli karena rekening nya berbeda dengan kita. Maka kita perlu juga buka rekening (bisnis) yang lain, misalnya BNI, BCA, atau Mandiri.

Faktor kemajuan teknologi dan life style belanja online masyarakat yang semakin booming membuat kita berpeluang mendulang semakin banyak pundi-pundi rupiah. Hasil transaksi-transaksi yang masuk ke rekening dan dompet kita, sebaiknya dicatat. Agar kita tahu berapa omzet kita dalam sebulan berapa rupiah. Ya memang, untuk tahu omzet per bulan itu hal yang cukup sepele, tapi menggarapnya perlu telaten (aku juga sedang belajar/berusaha). Omzet bulanan itu bisa dijadikan alat ukur dan evaluasi. Misal bulan ini omzet sedang turun, kita cari tahu penyebabnya apa dan 'kesalahannya' apa dan bagaimana cara menanggulanginya untuk ke depannya. Misal bulan depan mau menargetkan omzet naik 20%, kita bisa rancang strategi dan mengaplikasikannya. Ketika sudah genap satu bulan, kita ukur tingkat keberhasilannya, dan perbaiki lagi polanya.

Bisnis online kemajuannya bisa sangat pesat. Asal kita selalu belajar dan meng-upgrade ilmu kita. Salah satunya ilmu marketing online. Kita bisa belajar lewat buku, teman, pakar, forum diskusi/seminar/workshop, Dll. Jangan lupa pula, perluas jaringan kita. Salah satu faktor yang membuat orang beli ke kita itu karena "mereka kenal kita" atau "mereka (hanya) mau membeli kepada orang yang dikenal (baik) olehnya." Jadi, perbanyaklah temanmu, berkenalanlah dengan orang-orang baru, itu akan menambah dan melipatgandakan rezekimu.

***

--Amin Sahri, pemilik Akun FB Amin Sahri dan IG @rindu_buku. Mahasiswa KPI UIN Suka Yogyakarta semester 7. Untuk korespondensi bisa kirim email ke amriops@gmail.com. Pin BBM: 579887DF.

0 komentar:

Posting Komentar

Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 Menulis dan Mengekalkan Kenangan All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates